Penjelasan Wayang Orang Gaya Yogyakarta dan Surakarta
Penjelasan Wayang Orang Gaya Yogyakarta dan Surakarta

Penjelasan Wayang Orang Gaya Yogyakarta dan Surakarta

Wayang Orang Gaya Yogyakarta

Pada awal pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I, kesenian yang menemukan atensi besar merupakan seni karawitan serta seni tari, namun aspek pertahanan serta keamanan pula menemukan atensi yang besar. Mengingat waktu itu Sultan pula menghadapi kekuatan Belanda.

Oleh karena itu teknik- teknik menari tidak jauh berbeda dengan latihan militer, ketegasan, ketagapan badan, intensitas, serta semangat jadi sangat utama. Wujud dramatari yang awal diciptakan Sultan Hamengkubuwono I merupakan seni wayang orang dengan lakon Gandawerdaya. Lakon ini memiliki spirit patriotisme yang digali dari epos Mahabarata, spesialnya mengemukakan patriotisme dari para kesatria Pandawa yang gagah berani membela kebenaran atas kelicikan para Kurawa( Wibowo, 1981: 33).

Wayang orang di Kesultanan Yogyakarta ialah tari kelompok yang sangat simpel, sebab tidak memusatkan pada gemerlapan kostum serta piranti yang lain, namun lebih mencitrakan semangat serta penghayatan yang kokoh terhadap kepribadian tokoh. Sehingga tari klasik style Yogyakarta menampakan karakteristik wujud yang lebih klasik dari pada tari style Surakarta yang berkesan romantik.

Perbandingan tersebut membuat tari klasik style Yogyakarta, termasuk wayang orang, menemukan istilah yang ekslusif ialah joged Mataram. Penari- penari wayang orang yang memegang peranan berarti wajib mempunyai bekal falsafah dalam joged Mataram ini secara baik. Karena apabila tidak, hendak sukar menyalurkan“ dinamika dalam” dari kepribadian yang dibawakannya. Seseorang yang mempunyai grȇgȇd, pada waktu memerankan seseorang tokoh wayang hendak nampak ekspresi dari“ gerak dalam” jiwanya, biarpun dia dalam kondisi tidak lagi menari.

Pertumbuhan tari style Yogyakarta semenjak pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I hinga saat ini senantiasa menemukan atensi, serta senantiasa terjalin peningkatan- peningkatan pada tiap generasi ataussetiap sultan yang memerintah.

Baca Juga :   Kerajaan Tarumanegara Adalah

Wayang Orang Gaya Surakarta

Dikenal kalau wayang orang style Surakarta lahir di Pura Mangkunegaran, sebaliknya wayang orang panggung selaku wayang orang komersil memanglah diciptakan di luar keraton.

Yakni Pangeran Adipati Mangkunegara I, yang pada sekitar tahun 1757 menghasilkan suatu bentuk sendratari wayang orang, yang berperan selaku sajian ritual Pura Mangkunegaran serta buat“ mengkonsumsi dalam” para bangsawan dikala itu. Pemicu perpindahan peran seni wayang wong dari pertunjukan kalangan elite jadi pertunjukan untuk seluruh golongan merupakan kondisi keuangan Mangkunegaran yang hadapi kemerosotan serta kebijakan Mangkunegara VI dalam upaya mengembalikan perekonomian Mangkunegaran.

Diawalai pada masa pemerintahan Mangkunegara IV, Mangkunegaran hadapi masa kejayaan. Banyak didirikan perkebunan- perkebunan kopi serta tebu di daerah Mangkunegaran dan pembangunan pabrik gula Tasikmadu serta Colomadu. Keberhasilan bidang ekonomi ini bawa Mangkunegara IV dalam meningkatkan bidang kesenian. Teruji dengan hasil seni sastranya yang populer ialah Serat Wedhatama. Dalam seni tari Mangkunegara IV menghasilkan opera Langendriyan, fragmen- fragmen epos Ramayana serta Mahabharata, dan Beksan Wireng. Dalam dunia pewayangan menghasilkan Kyai Sebet, ialah wayang kulit pusaka Mangkunegaran serta pagelaran wayang madya.

Pada masa pemerintahan Mangkunegara V didukung oleh perekonomian yang kokoh aset dari Mangkunegara IV, Mangkunegara V dapat lebih fokus dalam meningkatkan serta menyempurnakan kesenian peninggalan dari Mangkunegara IV paling utama kesenian wayang wong. Pada masa inilah kesenian wayang wong hadapi masa kejayaannya. Perihal ini teruji kala Mangkunegara V mulai membuat standarisasi tata busana wayang wong dengan diilhami tata busana wayang purwa serta foto Bima pada relief Candi Sukuh di Kabupaten Karanganyar.

Standarisasi busana diarahkan dalam suatu manuskrip yang bertajuk“ Pratelan Busananing Ringgit Tiyang”. Tidak cuma pada standarisasi tata busana, Mangkunegara V pula menciptakan

Baca Juga :   Perkembangan Sosial, Ekonomi, Budaya Dan Politik Jaman Kerajaan Kutai

naskah lakon serta pertunjukannya.

Buat melestarikan seni wayang orang di keraton ini memerlukan bayaran yang tidak sedikit, namun kala berlangsung krisis ekonomi yang diakibatkan oleh gagalnya panen kopi sebab serbuan hama dan

bangkrutnya pabrik gula sebab tersebar luasnya gula bit di Eropa,

akhirnya menyebabkan kemerosotan aktivitas seni di Pura Mangkunegaran. Tidak hanya sebab krisis keuangan, pula aktivitas seni wayang orang ini digolongkan selaku aktivitas yang menghamburkan. Dampaknya sebagian besar abdi dalem kesenian, tercantum abdi dalem wayang orang diberhentikan serta menganggur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *