Raja-Raja Di Kerajaan Tarumanegara dan Peninggalannya
Raja-Raja Di Kerajaan Tarumanegara dan Peninggalannya

Raja-Raja Di Kerajaan Tarumanegara dan Peninggalannya

Tarumanegara sendiri hanya menjalani 12 pemerintahan raja. Pada tahun 669 M, raja terakhir Tarumanegara, Linggawarman, digantikan oleh menantunya Tarusbawa. Linggawarman sendiri memiliki dua orang putri. Anak perempuan tertua, Manasih, dari Sunda menjadi istri Tarusbawa, sedangkan yang kedua, Sobakancana, menjadi istri Dapuntahyang Sri Jayanasa, pendiri kerajaan Sriwijaya.

Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa. Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan dia memindahkan tahtanya ke Tarusbawa karena dia secara pribadi lebih suka kembali ke kerajaannya sendiri, Sunda, yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Tarusbawa. Mengenai penyerahan kekuasaan ke Sunda, hanya Galuh yang tidak setuju dan memutuskan untuk memisahkan wilayah Talmanugara dari Sunda warisan.

Raja-raja Tarumanegara:

Jayasingawarman 358-382 M

Dharmayawarman 382-395 M

Purnawarman 395-434 M

Wisnuwarman 434-455 M

Indrawarman 455-515 M

Candrawarman 515-535 M

Suryawarman 535-561 M

Kertawarman 561-628 M

Sudhawarman 628-639 M

Hariwangsawarman 639-640 M

Nagajayawarman 640-666 M

Linggawarman 666-669 MC.

Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Prasasti Tugu

Prasasti Kebon Kopi

Prasasti Cidanghiyang/Lebak

Prasasti Jambu

Prasasti Ciaruteun

Prasasti Pasir Awi

Prasasti Muara Cianten

Prasasti Kerajaan Tarumanegara

Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Prasasti Tugu

Ditemui di Kampung Batutumbu, Bekasi, saat ini ditaruh di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru serta penggalian Sungai Gomati selama 6112 tombak ataupun 12km oleh Purnawarman pada tahun ke- 22 masa pemerintahannya. Penggalian sungai tersebut ialah gagasan buat menjauhi bencana alam berbentuk banjir yang kerap terjalin pada masa pemerintahan Purnawarman, serta kekeringan yang terjalin pada masa kemarau.

Prasasti Kebon Kopi

Prasasti Kebonkopi ditemui di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor. Yang menarik dari prasasti ini merupakan terdapatnya lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, ialah gajah tunggangan dewa Wisnu.

Baca Juga :   Pengertian Sejarah

Prasasti Cidanghiyang/ Lebak

Prasasti Cidanghiyang ataupun prasasti Lebak, ditemui di kampung lebak di tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti ini baru ditemui tahun 1947 serta berisi 2 baris kalimat berupa puisi dengan huruf Pallawa serta bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman.

Prasasti Jambu

Prasasti Jambu ataupun prasasti Pasir Koleangkak, ditemui di bukit Koleangkak di perkebunan jambu, dekat 30 kilometer sebelah barat Bogor, prasasti ini pula memakai bahasa Sanskerta serta huruf Pallawa dan ada foto telapak kaki yang isinya menyanjung pemerintahan raja Mulawarman.

Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun ataupun prasasti Ciampea ditemui ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut memakai huruf Pallawa serta bahasa Sanskerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam wujud Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu ada lukisan semacam laba- laba dan sejoli telapak kaki Raja Purnawarman.

Prasasti Pasir Awi

Prasasti Pasir Awi terletak di lereng selatan bukit Pasir Awi(± 559m dpl) di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis Kabupaten Bogor. Prasasti Pasir Awi berpahatkan foto dahan dengan ranting serta dedaunan dan buah- buahan( bukan aksara) pula berpahatkan foto sejoli telapak kaki.

Prasasti Muara Cianten

Prasasti Muara Cianten terletak di tepi sungai Cisadane dekat Muara Cianten yang dulu diketahui dengan istilah prasasti Pasir Muara( Pasiran Muara) sebab memanglah masuk ke daerah kampung Pasirmuara. Prasasti Muara Cianten dipahatkan pada batu besar serta natural dengan dimensi 2. 70 x 1. 40 x 140 m3. Aset sejarah ini diucap prasasti sebab memanglah terdapat guratan namun ialah pahatan foto sulur- suluran( pilin) ataupun ikal yang keluar dari umbi.

Baca Juga :   Kebijakan Politik Etis Serta Tokoh-Tokoh Dibelakangnya

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *