Pengertian Radikalisme
Pengertian Radikalisme

Pengertian Radikalisme

Anams.id – Kata radikalisme ditinjau dari segi terminologis berasal dari kata dasar radix yang artinya akar (pohon). Makna kata akar (pohon), dapat diperluas kembali sehingga memiliki arti pegangan yang kuat, keyakinan, pencipta perdamaian dan ketenteraman. Kemudian kata tersebut dapat dikembangkan menjadi kata radikal, yang berarti lebih adjektif.

Sehingga dapat dipahami secara kilat, bahwa orang yang berpikir radikal pasti memiliki pemahaman secara lebih detail dan mendalam, layaknya akar tadi, serta keteguhan dalam mempertahankan kepercayaannya.

Memang terkesan tidak umum, namun hal inilah yang  menimbulkan kesan menyimpang di masyarakat. Setelah itu, penambahan sufiks –isme, memberikan makna tentang pandangan hidup (paradigma), sebuah faham, dan keyakinan atau ajaran. Penggunaannya juga sering disambungkan dengan suatu aliran atau kepercayaan tertentu.

Pengertian radikalisme menurut bahasa yaitu paham atau aliran yang mengingikan perubahan atau pembaharuan social dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.

 

https://www.dosenpendidikan.co.id/wp-content/uploads/2019/11/Pengertian-Radikalisme.png

 

Pengertian Radikalisme Menurut Para Ahli

Berikut ini adalah beberapa definisi mengenai radikalisme menurut beberapa ahli.

  • Dawinsha

Dawinsha mengemukakan bahwa defenisi radikalisme adalah sikap dari jiwa yang membawa kepada tindakan yang bertujuan melemahkan dan mengubah tatanan kemapanan dan menggantinya dengan gagasan baru.

  • Ketua umum Dewan Masjid Indonesia, Dr. dr. KH. Tarmidzi Taher

Memberikan komentarnya tentang radikalisme bemakna positif, yang memiliki makna tajdid (pembaharuan) dan islah (peerbaikan), suatu spirit perubahan menuju kebaikan. Hingga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara para pemikir radikal sebagai seorang pendukung reformasi jangka panjang.

Munculnya isu-isu politis mengenai radikalisme merupakan tantangan baru bagi kalangan masyarakat untuk menjawabnya. Isu radikalisme ini sebenarnya sudah lama mencuat di permukaan wacana internasional. Munculnya radikalisme pertama kali diperkeisakan sekitar abad ke-19 dan terus berkembang sampai sekarang. Dalam tradisi barat sekuler hal ini ditandai dengan keberhasilan industrialisasi pada hal-hal positif di satu sisi tetapi negative disisi yang lain.

  • Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.

  • Menurut Horace M Kallen

Radikalisme memiliki kekayanyang kuat akan kebenaran ideologi atau program yang mereka bawa. Dalam gerakan sosial, kaum radikalis memperjuangkan keyakinan yang mereka anut.

Faktor Penyebab Munculnya Radikalisme

Gerakan radikalisme sesungguhnya bukan sebuah gerakan yang muncul begitu saja tetapi memiliki latar belakang yang sekaligus menjadi faktor pendorong munculnya gerakan radikalisme. Diantara faktor-faktor itu adalah sebagai berikut.

  1. Faktor Sosial-Politik

Yaitu adanya pandangan yang salah atau salah kaprah mengenai suatu kelompok yang dianggap sebagai kelompok radikalisme. Secara historis kita dapat melihat bahwa konflik-konflik yang ditimbulkan oleh kalangan radikal dengan seperangkat alat kekerasannya dalam menentang dan membenturkan diri dengan kelompok lain ternyata lebih berakar pada masalah sosial-politik.

Baca Juga :   Revolusi Hijau Adalah

Dalam hal ini kaum radikalisme memandang fakta historis bahwa kelompok tersebut  tidak diuntungkan oleh peradaban global sehingga menimbulkan perlawanan terhadap kekuatan yang mendominasi.Dengan membawa bahasa dan simbol tertentu serta slogan-slogan agama, kaum radikalis mencoba menyentuh emosi keagamaan dan mengggalang kekuatan untuk mencapai tujuan “mulia” dari politiknya.

  1. Faktor Emosi Keagamaan

Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan radikalisme adalah faktor sentimen keagamaan, termasuk di dalamnya adalah solidaritas keagamaan untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu.

Tetapi hal ini lebih tepat dikatakan  sebagai faktor emosi keagamaannya, dan bukan agama (wahyu suci yang absolut) walaupun gerakan radikalisme selalu mengibarkan bendera dan simbol agama seperti dalih membela agama, jihad dan mati syahid. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan emosi keagamaan adalah agama sebagai pemahaman realitas yang sifatnya interpretatif. Jadi sifatnya nisbi dan subjektif.

  1. Faktor Kultural

Faktor ini juga memiliki andil yang cukup besar yang melatarbelakangi munculnya radikalisme. Hal ini wajar karena memang secara kultural, sebagaimana diungkapkan Musa Asy’ari, bahwa di dalam masyarakat selalu diketemukan usaha untuk melepaskan diri dari jeratan jaring-jaring kebudayaan tertentu yang dianggap tidak sesuai.

Sedangkan yang dimaksud faktor kultural di sini adalah sebagai anti tesa atau pertentangan terhadap budaya sekularisme. Budaya Barat merupakan sumber sekularisme yang dianggap sebagai musuh yang harus dihilangkan dari bumi. Sedangkan fakta sejarah memperlihatkan adanya dominasi Barat dari berbagai aspeknya atas negeri-negeri dan budaya Muslim.

Peradaban Barat sekarang inimerupakan ekspresi dominan dan universal umat manusia. Negara Barat telah dengan sengaja melakukan proses marjinalisasi seluruh sendi-sendi kehidupan Muslim sehingga umat Islam menjadi terbelakang dan tertindas.Negara Barat dengan sekularismenya, sudah dianggap sebagai bangsa yang mengotori budaya-budaya bangsa Timur dan Islam, juga dianggap bahaya terbesar bagi keberlangsungan moralitas Islam.

  1. Faktor Ideologis Anti Westernisme

Westernisme merupakan suatu pemikiran yang membahayakan Muslim dalam mengaplikasikan syari’at Islam. Sehingga simbol-simbol Barat harus dihancurkan demi penegakan syarri’at Islam. Walaupun motivasi dan gerakan anti Barat tidak bisa disalahkan dengan alasan keyakinan keagamaan tetapi jalan kekerasan yang ditempuh kaum radikalisme justru menunjukkan ketidakmampuan mereka dalam memposisikan diri sebagai pesaing dalam budaya dan peradaban.

  1. Faktor Kebijakan Pemerintah

Ketidakmampuan pemerintah untuk bertindak memperbaiki situasi atas berkembangnya frustasi dan kemarahan sebagian orang atau kelompok yang disebabkan dominasi ideologi, militer maupun ekonomi dari negera-negara besar. Dalam hal ini elit-elit pemerintah belum atau kurang dapat mencari akar yang menjadi penyebab munculnya tindak kekerasan (radikalisme) sehingga tidak dapat mengatasi problematika sosial yang dihadapi umat.

Di samping itu, faktor media massa (pers) Barat yang selalu memojokkan umat Islam juga menjadi faktor munculnya reaksi dengan kekerasan yang dilakukan oleh umat Islam. Propaganda-propaganda lewat pers memang memiliki kekuatan dahsyat dan sangat sulit untuk ditangkis sehingga sebagian “ekstrim” yaitu perilaku radikal sebagai reaksi atas apa yang ditimpakan kepada komunitas Muslim.

Baca Juga :   Berikut Sejarah Perkembangan Batik Dari Jaman Penyebaran Agama Islam

Selain itu, ada yang beranggapan bahwa radikalisme terutama radikalisme islam munculdisebabkan oleh faktor-faktor berikut ini.

  • Faktor Internal

Faktor internal yang dimaksud adalah adanya legitimasi teks keagamaan, dalam melakukan “perlawanan” itu sering kali menggunakan legitimasi teks (baik teks keagamaan maupun teks “cultural”) sebagai penopangnya. Untuk kasus gerakan “ekstrimisme islam” yang merebak hampir di seluruh kawasan islam (termasuk indonesia) juga menggunakan teks-teks keislaman (Alquran, hadits dan classical sources– kitab kuning) sebagai basis legitimasi teologis, karena memang teks tersebut secara tekstual ada yang mendukung terhadap sikap-sikap eksklusivisme dan ekstrimisme ini.

Seperti ayat-ayat yang menunjukkan perintah untuk berperang seperti;  Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk. (Q.S. Attaubah: 29).

Menurut gerakan  radikalisme hal ini adalah sebagai pelopor bentuk tindak kekerasan dengan dalih menjalankan syari’at, bentuk memerangi kepada orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan lain sebagainya. Tidak sebatas itu, kelompok fundamentalis dengan bentuk radikal juga sering kali menafsirkan teks-teks keislaman menurut “cita rasa” merka sendiri tanpa memperhatikan  kontekstualisasi dan aspek aspek historisitas dari teks itu, akibatnya banyak fatwa yang bertentangan dengan hak-hak kemanusiaan yang Universal dan bertentangan dengan emansipatoris  islam sebagai agama pembebas manusia dari belenggu hegemoni. Teks-teks keislaman yang sering kali ditafsirkan secara bias itu adalah tentang perbudakan, status non muslim dan kedudukan  perempuan.

Faktor internal lainnya adalah dikarenakan gerakan ini mengalami frustasi yang mendalam karena belum mampu mewujudkan cita-cita berdirinya ”negara islam internasional”    sehingga pelampiasannya dengan cara anarkis; mengebom fasilitas publik dan terorisme.

Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan radikalisme adalah faktor sentimen keagamaan, termasuk di dalamnya adalah solidaritas keagamaan untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Tetapi hal ini lebih tepat dikatakan sebagai faktor emosi keagamaannya, dan bukan agama (wahyu suci yang absolut). Hal ini terjadi pada peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh negara Israel terhadap palestina, kejadian ini memicu adanya sikap radikal di kalangan umat islam terhadap Israel, yamni menginginkan agar negara Israel diisolasi agar tidak dapat beroperasi dalam hal ekspor impor.

  • Faktor Eksternal

Faktor eksternal  yang dianggap sebagai latar belakang atau penyebab munculnya radikalisme adalah sebagai berikut.

  • Pertama, faktor ekonomi-politik.

Kekuasaan pemerintah yang menyeleweng dari nilai-nilai fundamental islam. Itu artinya, rezim di negara-negara islam gagal menjalankan nilai-nilai idealistik islam. Rezim-rezim  itu bukan menjadi pelayan rakyat, sebaliknya berkuasa dengan sewenang-wenang bahkan menyengsarakan rakyat.  Penjajahan Barat yang serakah, menghancurkan serta sekuler justru datang belakangan, terutama setelah ide kapitalisme global dan neokapitalisme menjadi pemenang.

Satu ideologi yang kemudian mencari daerah jajahan untuk dijadikan “pasar baru”. Industrialisasi dan ekonomisasi pasar baru yang dijalankan dengan cara-cara berperang inilah yang sekarang mengejawantah hingga melanggengkan kehadiran fundamentalisme islam. Karena itu, fundamentalisme dalam islam bukan lahir karena romantisme tanah (seperti Yahudi), romantisme teks (seperti kaum bibliolatery), maupun melawan industrialisasi (seperti kristen Eropa). Selebihnya, ia hadir karena kesadaran akan pentingnya realisasi pesan-pesan idealistik islam yang tak dijalankan oleh para rejim-rejim penguasa dan baru berkelindan dengan faktor-faktor eksternal yaitu ketidakadilan global.

  • Kedua, faktor budaya.

Faktor ini menekankan pada budaya barat yang mendominasi kehidupan saat ini. Budaya sekularisme yang dianggap sebagai musuh besar yang harus dihilangkan dari bumi.

  • Ketiga, faktor sosial-politik.

Pemerintah yang kurang tegas dalam mengendalikan masalah teroris ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu faktor masih maraknya.

Fakta-Fakta Aksi Radikalisme dan Implikasinya dalam Masyarakat

Jika berbicara tentang radikalisme, tidak dapat disangkal bahwa ada tindakan yang berbasis kekerasan, pemaksaan, dan bahkan perusakan. Pertama, pengeboman di Paris oleh kelompok Islam Aljazair, termasuk pejabat Islam bersenjata, memperburuk ketegangan di Prancis, hingga mereka yang mempertanyakan apakah Islam cocok dengan budaya Prancis. adalah untuk meningkatkan jumlah dukungan untuk Jadilah duniawi dan jika seorang Muslim dapat menjadi warga negara Prancis yang sejati dan setia.

Baca Juga :   Keindahan Alam yang Menakjubkan di Cagar Alam!

Penasihat Menteri Dalam Negeri bidang imigrasi mengatakan: Di tengah perdebatan Prancis tentang kecenderungannya untuk memandang Islam sebagai agama asing, ia memposisikan Islam sebagai agama yang bertentangan dengan tradisi Yahudi dan Kristen.

Sementara banyak yang menekankan proses asimilasi yang menyisakan sedikit ruang untuk pendekatan multikultural, Muslim percaya pada Islam khas Prancis yang memadukan nilai-nilai otentik Prancis dengan keyakinan dan nilai-nilai. Ia berpendapat bahwa umat Islam harus diizinkan untuk mengembangkan identitas mereka. Nilai-nilai Islam.

Realitas alternatifnya, yang dikenal sebagai awal dari pengibaran bendera AS perang melawan terorisme, yaitu insiden 11 September yang menjatuhkan WTC dan Pentagon, menghantam Amerika Serikat dengan keras. Maka, demi menyelamatkan muka di masyarakat internasional, rezim segera melancarkan “aksi pembalasan” yang menyasar Afghanistan dan Irak.

Jika benar terjadi “benturan peradaban” antara Barat dan Islam, tindakan koboi Amerika (dan Inggris) di Afghanistan dan Irak akan disambut baik oleh orang Kristen. Ribuan orang (Kristen atau bukan) sebenarnya menggalang solidaritas sosial untuk menentang tindakan keji dan biadab ini. Maka ketika WTC dan Pentagon diledakkan, ribuan umat Islam juga mengutuknya.

Reaksi di beberapa negara Amerika Latin kurang simpatik terhadap peristiwa 9/11. Selama beberapa dekade, meskipun sumber daya alam menipis, orang-orang di sana tidak menikmati kemajuan. China berperilaku dengan cara yang sama seperti Amerika Latin. Alasannya adalah mereka percaya bahwa surplus perdagangan bilateral memang ada di pihak China, dan Amerika Serikat sendiri yang sedang berperang. Lagi pula, Amerika Serikat melihat China sebagai pesaing strategis daripada mitra ekonomi strategis.

Itulah Pembahasan Mengenai Pengertian Radikalisme, Semoga Membantu***

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *